Merek Asing Kuasai Pasar Indonesia
Produk Lokal Kalah Bersaing
Jakarta
- Program Director Indonesia Brand Forum Yuswohady menilai bahwa masyarakat
Indonesia tidak lepas dari produk ber merek asing. "Dominasi merek-merek
asing di Indonesia semakin menguat mulai menguasai sumber daya alam, perbankan,
perkebunan bahkan hingga produk consumer goods pun juga dikuasai oleh asing.
Artinya Indonesia menjadi kolonialisasi merek asing," ungkap Yuswohady di
Jakarta, kemarin.
Menurut
dia, walaupun merek asing tidak secara langsung menguasai merek di Indonesia
namun keuntungan dari bisnis merek asing di Indonesia sangat dominan
dibandingkan dengan produk lokal. "Pemainnya sih hanya 20% akan tetapi
omset dan keuntungannya bisa lebih dari 80%. Ini artinya sebagian besar merek
asing telah mendominasi di Indonesia," ujarnya.
Ia
menjelaskan bahwa merek-merek asing telah menyelimuti kehidupan masyarakat
Indonesia mulai dari kamar mandi. Yuswohady mengungkapkan dari sabun badan,
pasta gigi sampai sabun muka didominasi merek asing. Saat bekerja, kata dia,
laptop yang digunakan merek asing. Saat makan, sebagian besar makan di waralaba
asing, bahkan untuk telekomunikasi hampir 100% dikuasai oleh merek-merek asing.
Jika
merek-merek yang ada di Indonesia telah dikuasai oleh asing, lanjut dia, maka
yang jadi pertaruhannya adalah kedaulatan menjadi terancam. Tak hanya itu,
ketika suatu produk telah dimiliki asing maka tujuannya adalah keuntungan.
"Kebanyakan merek asing melakukan ekspansi di Indonesia untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya. Lain hal nya dibandingkan merek-merek lokal yang
selalu mengedepankan unsur budaya Indonesia dan juga lebih peduli dengan
lingkungan sekitar seperti program CSR," ucapnya.
Menurut pendapat saya sebagai
generasi muda menyikapi produk lokal dengan produk asing adalah
dengan lebih mencintai dan menggunakan produk lokal. Generasi muda juga harus mencoba membuat inovasi produk-produk terbaru
yang dapat menghasilkan produk serta mengekspornya ke negara lain untuk
mengenalkan produk lokal dan membuktikan bahwa kualitas produk
lokal lebih baik daripada produk asing. Oleh
karenanya, pemerintah harus konsisten. Janganlah masyarakat dan konsumen
Indonesia didorong untuk menggunakan produk barang dan jasa dalam negeri,
tetapi kebijakan dan regulasi pemerintah malah sebaliknya; mereduksi pasar
dalam negeri secara sistematis. Pemerintah membuka peluang pasar impor seluas
mungkin, sehingga pasar Indonesia dikuasai oleh produk impor. Sehingga,
konsumen sangat kesulitan untuk memilih dan menentukan barang/jasa mana yang
benar-benar produk (asli) Indonesia. Tanpa adanya kebijakan dan regulasi yang
berpihak pada kepentingan pasar dan masyarakat Indonesia, maka kampanye untuk
mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, adalah bentuk kamuflase dan
omong kosong belaka.