Jumat, 28 November 2014

PENGANTAR BISNIS



Produktivitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah barang dengan faktor produksi yang tersedia. Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut: 

  1. Secara ekstensif, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara menambah jumlah faktor produksinya. 
  2. Secara intensif, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara meningkatkan produktivitas setiap faktor produksi. 
  3. Rasionalisasi, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara mengeluarkan kebijaksanaan yang rasional yang mengarah pada efisiensi produksi agar produktivitas optimal. Rasionalisasi dapat ditempuh dengan cara: 
  • Mekanisasi, yaitu dilakukan dengan mengganti alat-alat produksi dengan mesin-mesin atau alat-alat yang serba modern.
  • Standardisasi, yaitu dilakukan dengan membuat suatu standar atau ukuran dalam hal mutu, bentuk, ukuran, dan lain-lain terhadap suatu produk tertentu.
  • Spesialisasi atau pembagian kerja.
  • Menempatkan pekerja pada tempat yang sebenarnya.

Kamis, 27 November 2014

PENGANTAR BISNIS



Merek Asing Kuasai Pasar Indonesia
Produk Lokal Kalah Bersaing

Jakarta - Program Director Indonesia Brand Forum Yuswohady menilai bahwa masyarakat Indonesia tidak lepas dari produk ber merek asing. "Dominasi merek-merek asing di Indonesia semakin menguat mulai menguasai sumber daya alam, perbankan, perkebunan bahkan hingga produk consumer goods pun juga dikuasai oleh asing. Artinya Indonesia menjadi kolonialisasi merek asing," ungkap Yuswohady di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, walaupun merek asing tidak secara langsung menguasai merek di Indonesia namun keuntungan dari bisnis merek asing di Indonesia sangat dominan dibandingkan dengan produk lokal. "Pemainnya sih hanya 20% akan tetapi omset dan keuntungannya bisa lebih dari 80%. Ini artinya sebagian besar merek asing telah mendominasi di Indonesia," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa merek-merek asing telah menyelimuti kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari kamar mandi. Yuswohady mengungkapkan dari sabun badan, pasta gigi sampai sabun muka didominasi merek asing. Saat bekerja, kata dia, laptop yang digunakan merek asing. Saat makan, sebagian besar makan di waralaba asing, bahkan untuk telekomunikasi hampir 100% dikuasai oleh merek-merek asing.

Jika merek-merek yang ada di Indonesia telah dikuasai oleh asing, lanjut dia, maka yang jadi pertaruhannya adalah kedaulatan menjadi terancam. Tak hanya itu, ketika suatu produk telah dimiliki asing maka tujuannya adalah keuntungan. "Kebanyakan merek asing melakukan ekspansi di Indonesia untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Lain hal nya dibandingkan merek-merek lokal yang selalu mengedepankan unsur budaya Indonesia dan juga lebih peduli dengan lingkungan sekitar seperti program CSR," ucapnya.


Menurut pendapat saya sebagai generasi muda menyikapi produk lokal dengan produk asing adalah dengan lebih mencintai dan menggunakan produk lokal. Generasi muda juga harus mencoba membuat inovasi produk-produk terbaru yang dapat menghasilkan produk serta mengekspornya ke negara lain untuk mengenalkan produk lokal dan membuktikan bahwa kualitas produk lokal lebih baik daripada produk asing. Oleh karenanya, pemerintah harus konsisten. Janganlah masyarakat dan konsumen Indonesia didorong untuk menggunakan produk barang dan jasa dalam negeri, tetapi kebijakan dan regulasi pemerintah malah sebaliknya; mereduksi pasar dalam negeri secara sistematis. Pemerintah membuka peluang pasar impor seluas mungkin, sehingga pasar Indonesia dikuasai oleh produk impor. Sehingga, konsumen sangat kesulitan untuk memilih dan menentukan barang/jasa mana yang benar-benar produk (asli) Indonesia. Tanpa adanya kebijakan dan regulasi yang berpihak pada kepentingan pasar dan masyarakat Indonesia, maka kampanye untuk mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, adalah bentuk kamuflase dan omong kosong belaka.