Tampilkan postingan dengan label Pengantar Bisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengantar Bisnis. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Januari 2015

Bisnis yang Cocok untuk Segala Kondisi

Bisnis yang Cocok untuk Segala Kondisi
Menurut saya bisnis yang cocok untuk segala kondisi adalah berbisnis makanan. Karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang paling utama dan semua manusia pasti butuh makan untuk memberikan nutrisi dan energi pada tubuhnya. Berbisnis makanan atau kuliner boleh dibilang salah satu jenis usaha yang tidak akan pernah “mati” karena akan selalu dicari oleh banyak orang untuk memenuhi kebutuhan tubuh mereka. Bisnis makanan juga jenis bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan sangat tinggi, bahkan bisa mencapai 100 persen. Meskipun tergolong bisnis yang kompetitif, bisnis makanan atau kuliner dapat menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan jika dikelola dengan baik dan benar.
 Usaha yang cocok dalam berbisnis makanan yaitu usaha warung makan. Biasanya usaha warung makan ini sangat laris bila lokasinya berada di sekitar perkantoran, kampus, dan sekolah, karena sudah pasti orang-orang di sana akan mencari makan ketika jam makan siang. Jenis makanan yang ditawarkan di warung makan biasanya adalah makanan rumahan dengan harga yang relatif murah. Modal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah warung makan relatif lebih kecil dibandingkan bila kita menjalankan usaha restaurant. Agar usaha warung makan bisa tetap bertahan, kita harus ingat dua unsur penting yang menjadi syarat bertahannya usaha tersebut. Syarat yang pertama adalah syarat cita rasa. Soal makanan mayoritas orang sangat butuh rasa enak. Jika makanan yang dijual rasanya enak, maka percayalah usaha tersebut akan laris manis. Karena rasa itu adalah harapan alami seseorang saat menikmati suatu makanan. Syarat kedua yang harus diperhatikan adalah harga. Harga yang terjangkau dan rasa berkualitas adalah kunci sukses usaha makanan yang di kelola. Namun, perlu kita sadari bahwa niat dan keuletan sangat dibutuhkan dalam menjalankan usaha warung makan tersebut.

Kelebihan & Kekurangan Diri Sendiri, serta Pengembangan Soft Skill dari dalam Diri Sendiri


Kelebihan & Kekurangan Diri Sendiri, serta Pengembangan Soft Skill dari dalam Diri Sendiri
 
Menurut pendapat orang-orang terdekat saya, saya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dalam diri saya yaitu saya orang yang baik, ramah, ceria, suka membantu teman jika kesulitan dalam belajar, tanggung jawab, rajin ketika mengerjakan sesuatu, cepat tangkap dalam belajar, cenderung menganalisa suatu hal terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Sedangkan kekurangan dalam diri saya yaitu saya kurang percaya diri jika berhadapan dengan orang banyak, beberapa orang menganggap bahwa saya orang yang pendiam, sulit bergaul dengan orang baru, tidak tegas dalam mengambil keputusan, suka menunda-nunda pekerjaan, lebih suka menyendiri dan kurang tertarik berhubungan dengan lingkungan sekitar, suka panik, pelupa, penakut, kekanak-kanakan.

Orang-orang disekitar saya menyarankan agar saya menjadi bagian dari suatu organisasi seperti BEM untuk mengembangkan kemampuan softskill yang ada di dalam diri saya. Karena dalam berorganisasi ketika kita diamanahkan sebagai seorang  pemimpin suatu organisasi, maka kita akan belajar bagaimana untuk mengelola organisasi tersebut sehingga menjadi organisasi yang baik. Kita juga akan belajar bagaimana mengelola konflik yang terjadi, karena konflik pasti ada dalam suatu organisasi. Kita juga harus belajar untuk membuat program kerja yang kreatif dan inovatif sehingga dapat membuat orang lain tertarik untuk mendukung dan terlibat dalam program kerja yang dibuat. Sehingga organisasi dapat dijadikan upaya dalam mengasah kemampuan kepribadian, sikap, kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi yang merupakan bagian dari soft skill.

Jumat, 28 November 2014

PENGANTAR BISNIS



Produktivitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah barang dengan faktor produksi yang tersedia. Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut: 

  1. Secara ekstensif, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara menambah jumlah faktor produksinya. 
  2. Secara intensif, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara meningkatkan produktivitas setiap faktor produksi. 
  3. Rasionalisasi, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara mengeluarkan kebijaksanaan yang rasional yang mengarah pada efisiensi produksi agar produktivitas optimal. Rasionalisasi dapat ditempuh dengan cara: 
  • Mekanisasi, yaitu dilakukan dengan mengganti alat-alat produksi dengan mesin-mesin atau alat-alat yang serba modern.
  • Standardisasi, yaitu dilakukan dengan membuat suatu standar atau ukuran dalam hal mutu, bentuk, ukuran, dan lain-lain terhadap suatu produk tertentu.
  • Spesialisasi atau pembagian kerja.
  • Menempatkan pekerja pada tempat yang sebenarnya.

Kamis, 27 November 2014

PENGANTAR BISNIS



Merek Asing Kuasai Pasar Indonesia
Produk Lokal Kalah Bersaing

Jakarta - Program Director Indonesia Brand Forum Yuswohady menilai bahwa masyarakat Indonesia tidak lepas dari produk ber merek asing. "Dominasi merek-merek asing di Indonesia semakin menguat mulai menguasai sumber daya alam, perbankan, perkebunan bahkan hingga produk consumer goods pun juga dikuasai oleh asing. Artinya Indonesia menjadi kolonialisasi merek asing," ungkap Yuswohady di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, walaupun merek asing tidak secara langsung menguasai merek di Indonesia namun keuntungan dari bisnis merek asing di Indonesia sangat dominan dibandingkan dengan produk lokal. "Pemainnya sih hanya 20% akan tetapi omset dan keuntungannya bisa lebih dari 80%. Ini artinya sebagian besar merek asing telah mendominasi di Indonesia," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa merek-merek asing telah menyelimuti kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari kamar mandi. Yuswohady mengungkapkan dari sabun badan, pasta gigi sampai sabun muka didominasi merek asing. Saat bekerja, kata dia, laptop yang digunakan merek asing. Saat makan, sebagian besar makan di waralaba asing, bahkan untuk telekomunikasi hampir 100% dikuasai oleh merek-merek asing.

Jika merek-merek yang ada di Indonesia telah dikuasai oleh asing, lanjut dia, maka yang jadi pertaruhannya adalah kedaulatan menjadi terancam. Tak hanya itu, ketika suatu produk telah dimiliki asing maka tujuannya adalah keuntungan. "Kebanyakan merek asing melakukan ekspansi di Indonesia untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Lain hal nya dibandingkan merek-merek lokal yang selalu mengedepankan unsur budaya Indonesia dan juga lebih peduli dengan lingkungan sekitar seperti program CSR," ucapnya.


Menurut pendapat saya sebagai generasi muda menyikapi produk lokal dengan produk asing adalah dengan lebih mencintai dan menggunakan produk lokal. Generasi muda juga harus mencoba membuat inovasi produk-produk terbaru yang dapat menghasilkan produk serta mengekspornya ke negara lain untuk mengenalkan produk lokal dan membuktikan bahwa kualitas produk lokal lebih baik daripada produk asing. Oleh karenanya, pemerintah harus konsisten. Janganlah masyarakat dan konsumen Indonesia didorong untuk menggunakan produk barang dan jasa dalam negeri, tetapi kebijakan dan regulasi pemerintah malah sebaliknya; mereduksi pasar dalam negeri secara sistematis. Pemerintah membuka peluang pasar impor seluas mungkin, sehingga pasar Indonesia dikuasai oleh produk impor. Sehingga, konsumen sangat kesulitan untuk memilih dan menentukan barang/jasa mana yang benar-benar produk (asli) Indonesia. Tanpa adanya kebijakan dan regulasi yang berpihak pada kepentingan pasar dan masyarakat Indonesia, maka kampanye untuk mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, adalah bentuk kamuflase dan omong kosong belaka.